F1 Kembali ke Mesin V10? Horner Tunjukkan Dukungan Penuh untuk Ide Ben Sulayem

https://artboxdesign.biz

Keinginan untuk mengembalikan mesin V10 dalam ajang Formula 1 semakin menarik perhatian banyak pihak. Baru-baru ini, Christian Horner, kepala tim Red Bull Racing, menyatakan dukungannya terhadap usulan yang disampaikan oleh Presiden FIA, Mohammed Ben Sulayem, untuk mempertimbangkan penggunaan mesin konvensional berbahan bakar ramah lingkungan di masa depan.

Usulan tersebut muncul awal bulan ini, di mana Ben Sulayem menyarankan F1 untuk menjajaki kemungkinan kembali menggunakan mesin konfigurasi V10 yang lebih sederhana, namun tetap mempertahankan komitmen terhadap keberlanjutan dengan bahan bakar ramah lingkungan. Sebagai bagian dari regulasi baru, mulai tahun depan F1 akan beralih menggunakan bahan bakar sintetis sepenuhnya dan memperkenalkan unit tenaga baru. Sistem ini akan menggabungkan mesin pembakaran internal V6 dengan motor listrik MGU-K.

Namun, Horner menyampaikan bahwa dia lebih mendukung pengembalian mesin V10 di masa depan. Menurutnya, mesin ini bisa menghadirkan elemen yang lebih menarik dalam balapan Formula 1. “Jika kita melihat masa depan F1 dengan mesin yang lebih ramah lingkungan, saya rasa itu memberi banyak peluang yang menarik. Meskipun kita akan beralih ke mesin yang sangat canggih dan mahal mulai 2026, saya pribadi akan senang jika mesin V10 kembali digunakan,” ujar Horner. Ia percaya mesin V10 dengan bahan bakar berkelanjutan bisa menghadirkan pengalaman yang lebih autentik dan menyenangkan baik untuk penggemar maupun para pembalap.

Salah satu alasan kuat yang disampaikan Horner adalah bahwa kembalinya mesin V10 akan mengembalikan suara khas yang sudah lama hilang dalam ajang F1. Menurutnya, suara menggema dari mesin V10 yang khas akan memberikan sensasi tersendiri dan menciptakan pengalaman balap yang lebih memikat bagi penonton. “Jika mesin ini diperkenalkan kembali, kita akan mendengar suara ikonik dari mesin V10 yang memukau. Ini akan sangat menarik dan dinantikan banyak orang, terutama dengan peraturan yang ada sekarang,” tambahnya.

Meski begitu, kemungkinan mesin V10 kembali digunakan baru bisa terwujud pada tahun 2030. Namun, banyak penggemar F1 yang optimis bahwa mesin aspirasi alami ini akan memberikan daya tarik baru yang membuat balapan lebih autentik dan mendalam.

Sementara itu, di pekan yang sama, Ben Sulayem kembali menekankan pentingnya inovasi dalam dunia motorsport melalui akun media sosialnya. “Peluncuran F1 di London pekan ini telah membuka diskusi positif tentang masa depan olahraga ini. Kita harus memikirkan berbagai opsi, termasuk mengembalikan suara legendaris mesin V10 dengan bahan bakar ramah lingkungan. Yang terpenting adalah mendukung tim dan pabrikan untuk mengelola biaya riset dan pengembangan,” tulisnya.

Dengan banyaknya perhatian terhadap rencana ini, masa depan teknologi mesin di F1 akan sangat bergantung pada keputusan-keputusan besar yang akan diambil dalam beberapa tahun ke depan. Jika mesin V10 yang ramah lingkungan kembali digunakan, ini bisa menjadi langkah penting menuju era baru balapan F1 yang lebih menarik dan berkelanjutan.

Harga Diri Si Nyonya Tua Dipertaruhkan dalam Pertarungan Sengit

Juventus akan kembali diuji dalam perempat final Coppa Italia 2024/2025 ketika mereka menjamu Empoli di Allianz Stadium pada Kamis, 27 Februari 2025, pukul 03.00 WIB. Sebagai juara bertahan, Si Nyonya Tua tidak boleh lengah dan harus memastikan kelolosan mereka ke semifinal untuk menjaga harapan mempertahankan trofi berharga ini.

Pada pertemuan mereka di Serie A musim ini, Juventus menunjukkan dominasi yang cukup jelas atas Empoli. Dalam dua laga yang telah berlangsung, Juventus pertama kali meraih hasil imbang 0-0 di kandang lawan, namun pada pertemuan kedua di Turin, mereka berhasil menghancurkan Empoli dengan skor 4-1. Meskipun demikian, laga di Coppa Italia kali ini berbeda, dan Juventus harus tampil lebih fokus serta maksimal untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi.

Juventus dalam Tren Positif

Juventus memasuki laga ini dengan modal yang cukup menggembirakan. Dalam enam pertandingan terakhir di semua kompetisi, tim asuhan Massimiliano Allegri berhasil mengumpulkan lima kemenangan dan hanya kalah sekali, yakni saat mereka tersingkir dari Liga Champions dengan kekalahan 1-3 dari PSV Eindhoven. Meskipun gagal melangkah lebih jauh di Eropa, Juventus berhasil menjaga peluang mereka untuk finis di posisi empat besar Serie A, dengan kemenangan 1-0 atas Cagliari menjadi bukti keseriusan mereka untuk tetap bersaing di papan atas.

Empoli dalam Krisis

Sementara itu, Empoli sedang berada dalam kondisi yang sangat buruk. Setelah tampil impresif di awal musim, tim asal Tuscany ini kini kesulitan untuk meraih kemenangan. Dalam 11 pertandingan terakhir mereka di berbagai ajang, Empoli tidak mampu mencatatkan satu kemenangan pun. Terlebih lagi, mereka mengalami empat kekalahan beruntun, kebobolan 14 gol, dan hanya mampu mencetak satu gol dalam periode tersebut. Kekalahan 1-4 dari Juventus di Serie A semakin menambah derita Empoli, yang kemudian gagal menghadapi AC Milan, Udinese, dan Atalanta.

Juventus Tidak Boleh Meremehkan Empoli

Meski berada di atas angin, Juventus tidak boleh meremehkan Empoli. Mengingat performa buruk lawan mereka, Si Nyonya Tua seharusnya bisa mengatasi Empoli dengan relatif mudah jika mereka tampil dengan kekuatan penuh dan determinasi tinggi. Gagal meraih kemenangan di kandang sendiri akan menjadi pukulan besar bagi Juventus, yang memiliki skuad jauh lebih unggul dari tim tamu. Ini adalah kesempatan emas bagi mereka untuk memastikan langkah ke semifinal dan terus mempertahankan gelar Coppa Italia mereka.

Thiago Motta, pelatih Empoli, tentu ingin memberikan kejutan dalam pertandingan ini, tetapi untuk itu, mereka harus tampil jauh lebih baik dari yang mereka tunjukkan dalam beberapa pekan terakhir. Sementara itu, Juventus wajib tampil dengan fokus penuh, mengingat kegagalan mereka di Liga Champions menjadikan Coppa Italia sebagai satu-satunya kesempatan untuk meraih trofi musim ini.

Jika Juventus berhasil meraih kemenangan di laga ini, mereka akan semakin dekat untuk melangkah ke semifinal dan menjaga harapan mereka untuk mempertahankan gelar. Dengan kualitas tim yang dimiliki, Juventus berhak dianggap sebagai favorit, namun Empoli tetap bisa menjadi ancaman jika mereka berhasil bangkit dan memberikan kejutan.

Kemenangan 4-0 Roma atas Monza, Namun Scudetto Tetap Dalam Jangkauan

AS Roma berhasil meraih kemenangan besar 4-0 atas Monza dalam laga pekan ke-26 Serie A 2024/2025 yang digelar di Stadion Olimpico, Selasa (25/2/2025) dini hari WIB. Meski menunjukkan dominasinya dengan penguasaan bola hingga 65% dan melancarkan 23 percobaan tembakan, kemenangan ini tidak mengubah banyak dinamika persaingan di papan atas klasemen Serie A.

Dengan tiga poin yang diperoleh, Roma berhasil memperbaiki posisinya ke peringkat sembilan dengan total 40 poin, meski mereka masih tertinggal satu poin dari AC Milan dan Bologna. Bagi Roma, kemenangan ini lebih berarti dalam meningkatkan moral tim serta memberikan harapan untuk terus bersaing di kompetisi Eropa musim depan. Namun, posisi mereka di klasemen tetap mengindikasikan bahwa perjuangan Roma belum berakhir dan masih harus melalui beberapa ujian berat.

Sebaliknya, Monza mengalami kekalahan yang semakin memperburuk keadaan mereka di papan bawah klasemen. Saat ini, tim asuhan Raffaele Palladino masih terjebak di dasar klasemen dengan raihan hanya 14 poin dari 26 laga, tertinggal sembilan poin dari zona aman yang membuat mereka semakin dekat dengan ancaman degradasi.

Dominasi Roma, Tantangan Berat bagi Monza

Pada laga ini, Roma tampil sangat mendominasi. Mereka berhasil menguasai bola hingga 65% dan menciptakan 23 tembakan, dengan enam di antaranya tepat sasaran. Keunggulan dalam penguasaan bola dan ketajaman dalam menyerang terlihat jelas, dan hasilnya adalah empat gol tanpa balas. Alexis Saelemaekers, Eldor Shomurodov, dan Bryan Cristante menjadi pencetak gol yang membuat Roma tampil sangat meyakinkan.

Monza, di sisi lain, kesulitan menghadapi tekanan dari tim tuan rumah dan menunjukkan performa yang kurang solid. Mereka tampak kesulitan menjaga keseimbangan dan mengorganisir serangan, yang berujung pada kekalahan telak ini. Posisi mereka yang semakin terpuruk di dasar klasemen membuat perjuangan mereka untuk menghindari degradasi semakin sulit.

Pentingnya Konsistensi dan Mentalitas Juara

Kemenangan besar ini tentunya memberi dampak positif bagi moral tim Roma, namun konsistensi tetap menjadi kunci untuk mencapai target yang lebih tinggi. Tim yang dilatih oleh José Mourinho harus terus menjaga momentum dan tidak terlena dengan kemenangan ini, karena untuk bersaing di papan atas, mereka perlu lebih stabil dalam setiap pertandingan.

Monza, sementara itu, harus segera memperbaiki performa mereka. Tim yang sering kesulitan bertahan dan mencetak gol ini membutuhkan perubahan besar dalam taktik dan mentalitas permainan. Tanpa perbaikan yang signifikan, posisi mereka di dasar klasemen bisa semakin membahayakan peluang mereka untuk bertahan di Serie A musim depan.

Persaingan Papan Atas dan Papan Bawah yang Semakin Ketat

Meskipun Roma meraih kemenangan yang mengesankan, persaingan di papan atas Serie A tetap ketat dan penuh tantangan. Meskipun mereka mengoleksi tiga poin penuh, jarak mereka dengan zona empat besar yang menjadi target untuk lolos ke kompetisi Eropa masih cukup jauh, yakni sembilan poin. Roma harus terus berjuang keras jika ingin kembali ke jalur kemenangan dan memperbaiki posisi mereka lebih jauh lagi.

Di sisi lain, persaingan di papan bawah juga semakin sengit. Setiap laga yang dijalani tim-tim yang berada di zona degradasi akan sangat menentukan nasib mereka. Untuk Monza, mereka harus segera bangkit dan merebut poin demi poin agar dapat keluar dari ancaman degradasi, sementara tim lainnya yang berada di bawah mereka juga akan berusaha keras untuk menghindari nasib yang sama.

Dengan sisa pertandingan yang semakin terbatas, baik Roma maupun tim-tim di zona degradasi harus memperbaiki permainan mereka dan tetap fokus pada setiap laga. Seri A 2024/2025 menjanjikan persaingan yang sangat sengit baik di puncak klasemen maupun di papan bawah, yang akan membuat setiap pertandingan semakin menarik untuk disaksikan.

Keputusan Rotasi Pemain Suns Ternyata Membawa Hasil Positif

Phoenix Suns berhasil meraih kemenangan penting atas Chicago Bulls dengan skor 121-117 pada Sabtu, 22 Februari 2025, berkat tembakan-tembakan tajam dari para pemain utama mereka. Meskipun masih menghadapi tantangan dalam mencari formula terbaik sebagai tim yang solid, Suns menunjukkan kemampuan luar biasa untuk bermain sebagai satu kesatuan berkat kontribusi besar dari Kevin Durant, Devin Booker, dan Bradley Beal.

Sebelum pertandingan tersebut, pelatih kepala Suns, Mike Budenholzer, mengungkapkan bahwa timnya terus mencari kombinasi terbaik dalam rotasi pemain bertahan mereka. Ia menjelaskan, “Kami selalu mencari kombinasi berbeda. Brad telah memainkan peran garda utama cadangan, dan kadang-kadang Devin dan Brad bermain bersama, bahkan Grayson Allen,” ujarnya. “Kami percaya bahwa semua pemain ini memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi. Kami terus mengevaluasi dan berusaha mencari cara terbaik agar tim bisa tampil maksimal.”

Kinerja trio bintang Suns menjadi sorotan utama dalam kemenangan ini. Kevin Durant mencetak 27 poin dengan akurasi tembakan 9 dari 15, sementara Devin Booker berhasil mengemas 29 poin dengan 10 dari 20 tembakan yang berhasil masuk. Bradley Beal juga memberikan kontribusi signifikan dengan 25 poin, berhasil membuat 10 dari 19 tembakan. Ketiganya berkolaborasi dengan luar biasa, menghasilkan 81 dari 121 poin Suns, yang menunjukkan serangan yang konsisten sepanjang pertandingan.

Bradley Beal, yang kembali ke starting lineup untuk pertama kalinya sejak 4 Januari, mengisi posisi garda utama menggantikan Tyus Jones yang untuk pertama kalinya duduk di bangku cadangan musim ini. Beal yang telah absen dalam tujuh pertandingan sebelumnya, tampil mengesankan dalam penampilannya kembali ke posisi awal. Sementara itu, Jones yang biasanya memainkan peran penting sebagai garda utama Suns, memberikan kontribusi 10,9 poin per pertandingan dengan tembakan yang akurat.

Perubahan ini terjadi saat Suns berjuang keras untuk memperoleh tempat di babak play-in, saat ini mereka berada di posisi ke-11 di Wilayah Barat. Devin Booker telah mengambil peran lebih besar sebagai pengendali bola utama, menggantikan sebagian peran yang sebelumnya diemban oleh Tyus Jones, yang sering kali absen pada musim 2023-2024.

Meskipun berhasil menang, Suns masih menghadapi masalah dengan tembakan jarak dekat. Di babak pertama, mereka hanya berhasil membuat satu tembakan dari sembilan percobaan di area ring. Namun, Suns unggul dalam hal tembakan jarak menengah, berhasil mencetak 20 dari 39 tembakan dari jarak 5-14 kaki, yang memberi mereka keunggulan signifikan di area pertahanan dengan skor 50-40, menurut data dari Cleaning the Glass.

Suns juga tertinggal dalam jumlah tembakan tiga angka, dengan hanya 30 percobaan dibandingkan 53 tembakan milik Bulls. Meskipun demikian, Suns mampu mempertahankan persentase akurasi yang hampir setara dengan Bulls, yaitu 33,3 persen dibandingkan 34 persen dari lawan mereka. Phoenix juga unggul di garis tembakan bebas, di mana mereka mendapatkan delapan tembakan lebih banyak daripada Bulls, yang akhirnya memberikan kontribusi dalam mengamankan kemenangan.

Bulls, yang tengah kekurangan beberapa pemain kunci akibat cedera, yakni Ayo Dosunmu (bahu kiri), Jalen Smith (gegar otak), dan Patrick Williams (tendinosis quadricep kanan), berusaha keras namun tidak berhasil meraih kemenangan. Dosunmu telah menjadi salah satu pemain terbaik Bulls dalam dua tahun terakhir, Williams merupakan pemain inti yang telah bermain 130 pertandingan dalam tiga musim terakhir, dan Smith merupakan pemain cadangan penting dalam rotasi tim.

Kemenangan ini memberikan angin segar bagi Suns, yang kini berfokus untuk memperbaiki performa mereka dan memperkuat posisi mereka di klasemen Wilayah Barat menjelang akhir musim.

Babak 16 Besar Liga Champions 2024/2025: Derby Madrid dan Potensi Kejutan!

Babak 16 besar Liga Champions 2024/2025 segera dimulai, dan hasil drawing kali ini telah menggugah antusiasme para penggemar sepak bola di seluruh dunia. Pertandingan-pertandingan yang tercipta bukan hanya menghadirkan pertempuran sengit antara tim-tim besar, tetapi juga memberi ruang bagi tim-tim yang tidak diunggulkan untuk memberikan kejutan luar biasa. Salah satu laga yang paling dinantikan adalah Derby Madrid, yang mempertemukan dua rival abadi, Real Madrid dan Atletico Madrid. Pertarungan ini sudah pasti akan menambah panasnya kompetisi paling prestisius di Eropa ini.

Namun, bukan hanya derby tersebut yang mencuri perhatian. Laga antara PSG dan Liverpool juga menjanjikan persaingan seru yang sulit untuk dilewatkan. Kedua tim ini memiliki serangan mematikan, dan pertandingan mereka di babak 16 besar akan menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Ini juga merupakan kesempatan besar bagi tim-tim underdog untuk membuktikan bahwa mereka pantas bersaing di level tertinggi.

Derby Madrid: Perang Antara Dua Kekuatan Eropa

Salah satu pertarungan paling menarik di babak 16 besar adalah pertemuan antara Real Madrid dan Atletico Madrid. Kedua tim ini sudah lama dikenal sebagai rival utama di La Liga, dan pertemuan mereka di Liga Champions selalu penuh dengan drama dan ketegangan. Real Madrid, yang memiliki segudang prestasi di kompetisi Eropa, tentu akan berusaha untuk mempertahankan dominasi mereka, sementara Atletico Madrid yang terkenal dengan pertahanan kokoh dan taktik defensif cerdas, siap untuk memberikan kejutan.

Dalam pertandingan ini, tidak ada tempat untuk kesalahan. Setiap gol, setiap keputusan, bahkan setiap ketegangan kecil bisa berakibat fatal. Pertandingan ini bukan hanya soal lolos ke babak perempat final, tetapi juga tentang sejarah rivalitas kedua tim yang terus berlanjut dan semakin sengit. Siapa yang akan keluar sebagai pemenang dalam duel ini? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

PSG vs Liverpool: Duel Serangan Mematikan

Laga lainnya yang tak kalah menarik adalah pertemuan antara PSG dan Liverpool. Kedua tim ini terkenal dengan gaya permainan menyerang yang menghibur, dan duel mereka diprediksi akan penuh dengan gol-gol indah dan momen-momen menegangkan. PSG yang diperkuat oleh pemain-pemain top seperti Kylian Mbappe dan Lionel Messi tentu tidak akan memberikan kemudahan bagi Liverpool, yang mengandalkan kekuatan Mohamed Salah dan Luis Diaz di lini depan.

Kedua tim telah menunjukkan performa impresif di fase grup, dan kini saatnya mereka menguji kemampuan di babak knockout. Dengan serangan yang cepat dan mematikan, pertandingan ini berpotensi menjadi salah satu laga yang paling menghibur di babak 16 besar.

Tim Underdog: Waktunya Mencuri Perhatian

Meski tim-tim besar seperti Bayern Munich, Barcelona, dan Arsenal diunggulkan untuk lolos ke perempat final, jangan lupakan potensi kejutan dari tim-tim underdog seperti PSV Eindhoven, Feyenoord, dan Benfica. Tim-tim ini bisa memanfaatkan kelemahan lawan dan tampil maksimal untuk menciptakan hasil yang tak terduga.

PSV Eindhoven, yang akan bertemu Arsenal, bisa saja mengejutkan dengan penampilan penuh semangat dan dukungan luar biasa dari para pendukungnya. Feyenoord, yang akan menghadapi Inter Milan, juga memiliki peluang untuk memberi perlawanan sengit mengingat performa solid mereka di liga domestik. Begitu pula dengan Benfica, yang akan menghadapi Barcelona. Dengan pengalaman dan sejarah yang kuat di Eropa, tim asal Portugal ini bisa jadi membuat kejutan besar di babak 16 besar.

Babak 16 besar Liga Champions 2024/2025 menjanjikan serangkaian laga yang penuh drama dan kejutan. Tim-tim unggulan harus berhati-hati karena tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Sementara itu, tim-tim underdog siap untuk membuktikan bahwa mereka juga memiliki kualitas untuk bersaing di level tertinggi Eropa. Ini akan menjadi ajang yang sangat menarik untuk diikuti!

Dominasi Berlanjut! Bulega Masih Tercepat di FP2 WSBK Australia

Nicolo Bulega menunjukkan performa yang luar biasa dalam dua sesi latihan bebas WSBK Australia di Sirkuit Phillip Island pada Jumat (21/2/2025). Pembalap Aruba.it Ducati ini menjadi yang tercepat di kedua sesi tersebut, memimpin para pesaingnya yang mengendarai Panigale V4R dengan kecepatan yang mengesankan.

Di sesi Free Practice 2, Bulega kembali membuktikan konsistensinya dengan menorehkan waktu 1:28,790, menjadi satu-satunya pembalap yang mampu menembus batas waktu 1:28. Dengan performa stabil ini, Bulega terus mengukuhkan dominasinya, meskipun persaingan semakin ketat di sepanjang sesi.

Sebelumnya, pada sesi FP1, posisi empat besar didominasi oleh pembalap Ducati. Namun, pada FP2, Toprak Razgatlioglu dari BMW Motorrad berhasil memecah dominasi tersebut, mencatatkan waktu tercepat ketiga dengan selisih 0,809 detik di belakang Bulega dan Andrea Iannone. Razgatlioglu, yang tampil lebih baik dibandingkan sesi pertama, berhasil menurunkan posisi dua pembalap Ducati, Danilo Petrucci dan Alvaro Bautista, ke urutan keempat dan kelima, masing-masing hanya terpaut 0,005 detik dan 0,011 detik. Bautista sendiri harus menghadapi kendala setelah terjatuh di Tikungan 4, yang menghambat waktu lap-nya.

Sementara itu, para pembalap Lowes bersaudara menunjukkan grafik positif dengan Sam Lowes yang mengendarai Panigale V4R bersama Elf Marc VDS Racing, mencatatkan waktu 1:29,799 di FP2. Sam terlihat menikmati kecepatan mesin Ducati, sedangkan Alex Lowes yang mengendarai Bimota KB998 Rimini, tertinggal 0,075 detik, menempatkannya di urutan kedelapan.

Selain itu, dua pembalap dari MGM Bonovo Racing, Scott Redding dan Michael van der Mark, berhasil mengamankan tempat di 10 besar, masing-masing mencatatkan waktu di sekitar 1:30. Andrea Locatelli, yang mewakili Yamaha, menjadi pembalap terbaik tim tersebut dengan berada di urutan ke-11.

Dengan catatan waktu yang semakin ketat dan persaingan yang semakin sengit, sesi latihan bebas di Phillip Island menunjukkan betapa kompetitifnya musim WSBK kali ini. Bulega, dengan keunggulannya, tetap menjadi pembalap yang harus diperhatikan, sementara para rival seperti Razgatlioglu dan Iannone terus memberikan tantangan yang seru untuk memperebutkan posisi teratas di balapan mendatang.

Aki Ajo Jadi Senjata Rahasia KTM untuk Sukseskan Acosta?

Setelah sekian lama menanti kejayaan, KTM kembali mengusung ambisi besar untuk menaklukkan MotoGP. Pabrikan asal Austria ini terakhir kali mencicipi kemenangan pada 2021, saat Brad Binder berjaya di Spielberg. Namun, tahun 2025 bisa menjadi momen kebangkitan berkat kehadiran Pedro Acosta, pembalap muda asal Spanyol yang siap mengguncang dunia balap.

Pedro Acosta: Harapan Baru KTM

Nama Pedro Acosta mulai menarik perhatian sejak debutnya di kelas MotoGP bersama Tech3-GasGas pada 2024. Pada musim pertamanya, ia sukses meraih sembilan podium, membuktikan bahwa dirinya bukan sekadar pembalap biasa. Performa gemilangnya berlanjut dalam uji coba pramusim 2025 di Sepang dan Buriram, di mana ia mencatatkan hasil terbaik di antara seluruh pembalap KTM dengan finis di posisi keenam dan keempat.

Prestasi tersebut membuat Direktur Motorsport KTM, Pit Beirer, menaruh harapan besar pada Acosta. “Kami ingin salah satu dari empat pembalap pabrikan kami berada di tiga besar kejuaraan dunia,” ungkap Beirer dalam wawancara dengan GPOne.com. Selain Acosta, KTM juga diperkuat oleh Brad Binder, Maverick Viñales, dan Enea Bastianini.

Menurut Beirer, Acosta memiliki kapasitas untuk bersaing di barisan depan. Namun, ada beberapa aspek yang masih perlu diperbaiki, terutama dalam hal konsistensi dan strategi balapan.

Aki Ajo: Sosok Kunci di Balik Kesuksesan KTM

Keberhasilan KTM di musim 2025 juga diyakini akan dipengaruhi oleh peran Aki Ajo sebagai manajer tim baru. Menggantikan Francesco Guidotti setelah musim 2024, Ajo membawa pengalaman panjangnya dari Moto2. Ia dikenal sebagai mentor yang sukses membentuk bakat-bakat besar seperti Brad Binder dan Pedro Acosta.

Beirer meyakini bahwa kehadiran Ajo akan berdampak besar pada perkembangan Acosta. “Aki memiliki keseimbangan antara ketegasan dan kepedulian, seperti sosok ayah bagi para pembalapnya,” jelasnya.

Sebagai pelatih yang jeli dalam membentuk mental dan keterampilan pembalap, Ajo telah membantu nama-nama besar seperti Miguel Oliveira dan Johann Zarco. Meski demikian, ia menolak untuk membandingkan Acosta dengan legenda seperti Marc Marquez. Menurutnya, setiap pembalap memiliki gaya dan karakter masing-masing.

“Setiap rider memiliki pendekatan yang berbeda dalam balapan,” ujar Ajo. Namun, ia tetap mengakui bahwa Acosta memiliki kualitas yang mencerminkan seorang juara dunia.

Dari Moto3 ke MotoGP: Perjalanan Gemilang Acosta

Bakat besar Acosta sudah terlihat sejak ia berlaga di Moto3 pada 2021. Saat itu, ia tampil dominan dengan mengamankan 95 dari 100 poin yang tersedia dalam empat balapan pertama. Keunggulannya berlanjut hingga akhir musim, di mana ia sukses menjadi juara dunia dengan selisih 83 poin dari pesaing terdekatnya.

Pada saat itu, Ajo sempat mempertimbangkan apakah Acosta perlu bertahan di Moto3 sebelum naik ke Moto2. Namun, melihat potensi yang dimilikinya, promosi ke kelas berikutnya menjadi langkah yang tak terhindarkan.

Keputusan itu terbukti tepat. Saat naik ke MotoGP pada 2024, Acosta langsung menunjukkan kecepatan dan keberanian yang membuat banyak pihak terkesan. Bahkan, tak sedikit yang membandingkan gaya balapnya dengan Jorge Lorenzo dan Marc Marquez saat mereka pertama kali tampil di kelas premier.

Keunikan Gaya Balap Acosta

Meski mendapat banyak pujian, Ajo tetap berhati-hati dalam menetapkan ekspektasi. “Tidak semua juara dunia Moto3 bisa sukses di kelas yang lebih tinggi,” katanya. Namun, ia mengakui bahwa Acosta memiliki sesuatu yang membedakannya dari pembalap lain.

“Pedro selalu memiliki simpanan tenaga hingga garis finis,” ungkap Ajo. Keunggulan utama Acosta terletak pada cara berkendara yang efisien, terutama saat memasuki tikungan.

“Dia memilih jalur yang lebih ketat, membuatnya lebih efektif dalam menyalip saat pengereman. Itu adalah salah satu kelebihannya dalam pertarungan jarak dekat tanpa kehilangan momentum,” tambah Ajo.

Dengan kombinasi kecepatan, strategi matang, serta ketenangan di bawah tekanan, Acosta diprediksi akan menjadi salah satu pembalap yang paling menarik untuk disaksikan di musim 2025.

Bisakah Acosta Membawa KTM Kembali ke Puncak?

Musim 2025 akan menjadi ujian sesungguhnya bagi Pedro Acosta dan KTM. Dengan kehadiran Aki Ajo sebagai manajer tim serta kematangan yang terus berkembang, peluang untuk kembali bersaing di papan atas semakin terbuka.

Meski masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi, optimisme tinggi menyelimuti KTM. Apakah Pedro Acosta mampu membawa KTM kembali ke jalur kemenangan? Jawabannya akan segera terungkap di lintasan balap.

Keputusan Berani Shai Gilgeous-Alexander: Tak Gunakan Agen

Keputusan yang cukup mengejutkan datang dari Shai Gilgeous-Alexander, salah satu bintang muda paling bersinar di NBA dan pemain andalan Oklahoma City Thunder. Pemain berusia 26 tahun ini baru saja mengumumkan bahwa ia akan berpisah dengan agennya, Thad Foucher dari Wasserman, dan memilih untuk menjadi agensi dirinya sendiri. Keputusan ini menjadi sorotan karena tidak hanya jarang terjadi, tetapi juga bisa membuka babak baru dalam kariernya yang semakin gemilang.

Meskipun alasan pasti di balik perpisahan ini belum dijelaskan secara rinci, langkah Gilgeous-Alexander untuk mewakili dirinya sendiri menimbulkan berbagai spekulasi, baik dari penggemar maupun analis NBA. Gilgeous-Alexander menegaskan bahwa meski ia tidak lagi menggunakan agen untuk urusan kontrak, ia akan tetap melibatkan perwakilan untuk urusan lain di luar lapangan, seperti bisnis dan sponsor.

Memasuki Era Baru dalam Kariernya

Keputusan ini datang pada saat yang tepat, mengingat Gilgeous-Alexander kini berada di jalur yang tepat untuk meraih MVP pertamanya. Musim ini, ia memimpin Oklahoma City Thunder dengan performa luar biasa, mencatatkan 32,5 poin, 6,1 asis, dan 5,1 rebound per pertandingan. Penampilannya yang sangat konsisten membuat Thunder meraih rekor 44-10, menjadikannya salah satu pemain yang paling dibicarakan di liga.

Selain itu, Gilgeous-Alexander saat ini berpeluang untuk menandatangani perpanjangan kontrak supermax dengan Thunder, yang bisa bernilai hingga $294,3 juta selama empat tahun ke depan, menjadikannya tetap bersama tim hingga musim 2030-2031. Dengan kesepakatan yang relatif sederhana ini, keputusan Gilgeous-Alexander untuk tidak bergantung pada agen semakin masuk akal, mengingat kontraknya yang tidak akan melibatkan banyak negosiasi.

Mengikuti Jejak Atlet Lain

Gilgeous-Alexander bukanlah satu-satunya atlet yang memilih untuk mewakili dirinya sendiri dalam urusan kontrak. Sejumlah atlet ternama lainnya, seperti Lamar Jackson dari Baltimore Ravens dan Bobby Wagner dari Washington Commanders, juga sudah memulai langkah serupa. Jackson, misalnya, berhasil menegosiasikan kontraknya senilai $260 juta tanpa bantuan agen. Begitu pula dengan Wagner, yang telah menjadi agennya sendiri sejak 2019, dan berhasil menuntaskan kesepakatan kontrak dengan sukses.

Keputusan Gilgeous-Alexander ini semakin menunjukkan bahwa dunia olahraga profesional mungkin sedang memasuki era baru di mana lebih banyak atlet yang memilih untuk mengambil kendali penuh atas karier mereka, tanpa bergantung pada agen untuk urusan kontrak. Bagi para pemain muda lainnya, langkah Gilgeous-Alexander bisa menjadi contoh untuk lebih mandiri dalam merencanakan masa depan mereka.

Bagi penggemar Oklahoma City Thunder, keputusan ini juga menjadi tanda bahwa Gilgeous-Alexander benar-benar berkomitmen pada tim dan masa depannya di NBA. Dengan musim yang luar biasa ini dan potensi kontrak supermax yang menanti, bintang muda ini jelas akan menjadi pusat perhatian di tahun-tahun mendatang, dan Thunder berharap bisa terus mempertahankan pemain bintang mereka dalam perjalanan menuju kesuksesan yang lebih besar lagi.

Kevin Durant Respons Kritik Seputar NBA All-Star Game 2025 di X

Kevin Durant kembali menjadi sorotan pada Senin (17/2) waktu Amerika Serikat, saat ia menyuarakan tanggapannya terkait berbagai keluhan yang muncul dari para penggemar mengenai NBA All-Star 2025. Sebagai salah satu pemain yang telah berpartisipasi dalam 15 edisi All-Star, Durant tidak ketinggalan ikut angkat bicara tentang kritik yang mengarah pada pertandingan tersebut, terutama mengenai kurangnya nuansa bola basket sesungguhnya.

Meskipun NBA telah berusaha keras untuk menyegarkan format All-Star dari tahun ke tahun, edisi terbaru di San Francisco justru mendapatkan banyak sorotan negatif. Banyak penggemar mengeluhkan bahwa selama tiga jam acara berlangsung, hanya sekitar 30 menit yang benar-benar diisi dengan aksi bola basket. Sisa waktu dihabiskan dengan iklan, cuplikan dari komedian Kevin Hart, dan berbagai pertunjukan yang tidak berhubungan langsung dengan inti permainan.

Durant, yang tampaknya sudah lelah dengan protes-protes tersebut, memberikan respons dengan nada bercanda melalui akun X-nya. Ia mengusulkan sebuah ide ekstrem untuk mengatasi keluhan ini, yakni membatalkan sepenuhnya akhir pekan NBA All-Star jika para penggemar tidak puas dengan acara tersebut. “Menurut saya lebih asyik mengeluh tentang NBA daripada menontonnya langsung,” tulis Durant. “Gila, batalkan saja akhir pekan All-Star dan mari kita beri semua orang waktu istirahat karena kita sangat menderita saat ini…”

Komentar Durant ini memunculkan gelak tawa, meskipun sebenarnya ia menanggapi serius ketidakpuasan yang dirasakan banyak pihak. Kritik utama yang dilontarkan para penggemar adalah ketidakhadiran pertandingan bola basket sesungguhnya selama acara tersebut. Bahkan, format yang digunakan pada hari Minggu kemarin dianggap tidak memberikan pengalaman kompetitif yang memadai.

Durant pun melanjutkan tanggapannya dengan mengatakan, “Penggemar mengeluh tentang segala hal. Seolah-olah tidak ada yang cukup baik bagi mereka saat ini. Satu-satunya hal yang mereka nikmati adalah babak playoff, batas waktu perdagangan, agen bebas, dan saat pemain saling berselisih.”

Seiring dengan kritik yang terus bermunculan, beberapa ide untuk memperbaiki format NBA All-Star pun mulai berkembang. Salah satunya adalah format pertandingan antara Tim AS melawan Tim Dunia, yang didukung oleh Giannis Antetokounmpo. Selain itu, NBA juga tengah mempertimbangkan untuk menambahkan turnamen 1 lawan 1 guna meningkatkan elemen kompetisi selama akhir pekan tersebut.

Meskipun situasi ini memunculkan perdebatan, wacana yang disampaikan oleh Durant dengan nada santai menunjukkan betapa kompleksnya upaya untuk menyempurnakan NBA All-Star dan memenuhi harapan penggemar di seluruh dunia. Sebuah hal yang pasti adalah, apa pun format yang dipilih, penggemar tetap menginginkan aksi bola basket yang lebih intens dan menggugah semangat kompetitif.

Man City Terpukul Badai Cedera, Bisakah Mereka Tampil Maksimal Hadapi Real Madrid?

Manchester City baru saja meraih kemenangan besar 4-0 atas Newcastle di Etihad Stadium, yang membawa mereka melompat ke posisi empat besar di Premier League. Hasil ini menjadi respons positif setelah kekalahan dari Real Madrid di leg pertama play-off Liga Champions. Namun, kemenangan ini juga dibayangi oleh kekhawatiran besar karena sejumlah pemain kunci mengalami cedera.

Josep Guardiola kini dihadapkan dengan tantangan besar dalam menyusun timnya untuk pertandingan krusial melawan Madrid di leg kedua. Beberapa pemain mengalami masalah fisik yang dapat memengaruhi performa mereka di laga selanjutnya. Berikut adalah update terkini mengenai kondisi pemain-pemain yang cedera.

Erling Haaland: Cedera Lutut Mengkhawatirkan

Striker andalan, Erling Haaland, mengalami masalah pada lututnya dalam pertandingan melawan Newcastle. Haaland terpaksa ditarik keluar di akhir pertandingan karena merasa kesakitan. Meskipun Guardiola berharap cederanya tidak serius, status Haaland masih menunggu hasil pemeriksaan medis lebih lanjut.

“Saat dia terjatuh, semua orang cemas. Tapi dia bangkit dan berjalan dengan normal, bahkan tersenyum,” ungkap Guardiola. Meski begitu, Haaland diharapkan bisa tampil dalam laga penentuan melawan Madrid di Santiago Bernabeu pada 19 Februari mendatang.

Manu Akanji: Absen Panjang di Lini Belakang

Cedera paling serius dialami oleh Manuel Akanji. Bek asal Swiss ini mengalami cedera adductor yang cukup parah saat menghadapi Real Madrid dan harus menjalani operasi. Guardiola mengonfirmasi bahwa Akanji diperkirakan akan absen antara 8 hingga 10 minggu.

“Dia menjalani operasi pada hari Sabtu dan akan absen selama 8 hingga 10 minggu. Adductornya robek,” kata Guardiola. Kehilangan Akanji tentu menjadi pukulan besar bagi lini pertahanan City yang harus siap menghadapi jadwal padat.

Ruben Dias dan Nathan Ake: Belum Pulih Total

Ruben Dias dan Nathan Ake juga tidak bisa diturunkan saat melawan Newcastle karena keduanya masih dalam tahap pemulihan. Meskipun tidak ada cedera serius, Guardiola masih perlu memantau kondisi kebugaran mereka sebelum pertandingan melawan Madrid. Keduanya diharapkan dapat kembali beraksi dalam laga Liga Champions yang sangat penting.

Jack Grealish: Harapan Untuk Kembali Segera

Grealish mengalami cedera saat menghadapi Real Madrid dan harus meninggalkan lapangan lebih awal. Meskipun tampak kecewa, kabar terbaru menunjukkan bahwa cederanya tidak separah yang diperkirakan. Grealish absen saat melawan Newcastle, tetapi diperkirakan bisa kembali fit untuk laga melawan Madrid.

Oscar Bobb: Kemunduran dalam Pemulihan

Oscar Bobb masih belum bermain musim ini setelah mengalami patah kaki. Meskipun pemulihannya hampir selesai, Bobb mengalami sedikit kemunduran akibat masalah pada pergelangan kaki. Kondisinya belum sepenuhnya pulih, dan belum ada kepastian kapan dia akan kembali ke lapangan.

Rodri: Target Kembali di Piala Dunia Antarklub

Rodri, yang mengalami cedera ACL, diperkirakan akan absen cukup lama. Guardiola mengatakan bahwa kembali bermain sebelum akhir musim tidaklah bijaksana, dan City lebih memilih memberi Rodri waktu pemulihan penuh. Namun, Rodri sendiri berharap bisa kembali bermain di ajang Piala Dunia Antarklub pada Juni mendatang.

Tantangan Besar Guardiola di Tengah Cedera Pemain Utama

Cedera yang melanda sejumlah pemain utama City tentu menjadi tantangan besar bagi Guardiola. Dengan jadwal yang padat dan pertandingan-pertandingan penting yang akan datang, Guardiola harus pintar dalam merotasi skuad. Meskipun City memiliki kedalaman skuad yang solid, kehilangan beberapa pemain kunci bisa berdampak signifikan pada perjalanan mereka di kompetisi domestik dan Eropa.

Guardiola harus cerdas dalam mengelola situasi ini agar City tetap berada di jalur kemenangan meskipun dilanda badai cedera.